-

Jumat, 25 Desember 2015

Peristiwa G 30 S PKI






Sudah berjalan puluhan tahun lamanya, dimana peristiwa pembantaian tragis para pahlawan revolusi ini terjadi, tak akan pernah terlupakan. Peristiwa tersebut sangatlah menyisakan kenangan pahit dan menimbulkan banyak pertanyaan, kenapa hal itu bisa terjadi?

Apa Peristiwa G 30 S/PKI?
Peristiwa G 30 S/PKI yang juga dikenal dengan nama aslinya, Gerakan 30 September atau singkatan lain berupa Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh) dan Gestok (Gerakan Satu Oktober) merupakan salah satu peristiwa yang terjadi ketika Indonesia sudah beberapa tahun merdeka. Sesuai namanya, peristiwa ini terjadi pada tanggal 30 September 1965 malam, hingga esok harinya dimana ada pembunuhan tujuh perwira tinggi militer dalam sebuah kudeta.
Usaha yang akhirnya gagal kemudian dijatuhkan kepada anggota dari Partai Komunis Indonesia yang saat itu sedang dalam kondisi kuat karena mereka dinilai amat dekat dengan Presiden Indonesia pertama pada masa itu. Benar atau tidaknya Partai Komunis Indonesia yang bertanggung jawab penuh dalam kejadian ini tetap menjadi bahan perdebatan hingga sekarang.
Sejarah dan Kronologis Peristiwa G30S/PKI
Sebelum terjadinya peristiwa G30S/PKI, Partai Komunis Indonesia (PKI) tercatat sebagai Partai Komunis yang paling besar di dunia tanpa menghitung partai komunis yang ada di Uni Soviet maupun Tiongkok. Ketika dilakukan audit pada tahun 1965, tercatat bahwa anggota aktif dari partai ini melebihi angka 3,5 juta, belum termasuk 3 juta jiwa yang menjadi anggota pergerakan pemuda.
Selain itu, PKI juga memiliki kontrol penuh akan pergerakan buruh, menambahkan 3,5 juta orang lagi dibawah pengaruhnya. Hal tersebut belum berhenti, karena masih ada 9 juta anggota dari pergerakan petani, serta beberapa gerakan lain seperti pergerakan wanita, organisasi penulis, dan pergerakan sarjana yang membuat total anggota PKI mencapai angka 20 juta anggota termasuk pendukung-pendukungnya.
Yang membuat masyarakat mencurigai bahwa PKI adalah dalang dibalik terjadinya gerakan 30 September dimulai dengan kejadian di bulan Juli 1959, dimana pada saat itu parlemen dibubarkan, dan Soekarno menetapkan bahwa konstitusi ada di bawah dekrit presiden, dengan PKI berdiri di belakang, memberikan dukungan penuh. PKI juga menyambut gembira sistem baru yang diperkenalkan oleh Soekarno, yaitu Demokrasi Terpimpin yang menurut PKI mampu menciptakan persekutuan konsepsi NASAKOM (Nasionalis, Agama, dan Komunis).
Pada masa demokrasi terpimpin ini sayangnya kolaborasi pemimpin PKI dengan kaum-kaum borju yang ada di Indonesia gagal menekan pergerakan independen dari buruh dan petani, menyebabkan banyak masalah yang tidak terselesaikan di bidang politik dan ekonomi.
Awal Mula Peristiwa G30S/PKI
Peristiwa G30S/PKI baru dimulai pada tanggal 1 Oktober pagi, dimana kelompok pasukan bergerak dari Lapangan Udara Halim Perdana kusuma menuju daerah selatan Jakarta untuk menculik 7 jendral yang semuanya merupakan anggota dari staf tentara. Tiga dari seluruh korban yang direncanakan, mereka bunuh di rumah mereka yaitu Ahmad Yani, M.T. Haryono, dan D.I. Panjaitan. Ketiga target lain yaitu Soeprapto, S. Parman, dan Sutoyo ditangkap hidup -hidup, sementara target utama mereka, Jendral Abdul Harris Nasution berhasil kabur setelah melompati dinding yang berbatasan dengan taman di kedutaan besar Iraq.
Meski begitu, Pierre Tendean yang menjadi ajudan pribadinya ditangkap, dan anak gadisnya yang berusia lima tahun, Ade Irma Suryani Nasution, tertembak oleh regu sergap dan tewas pada 6 Oktober. Korban tewas bertambah ketika regu penculik menembak dan membunuh seorang polisi yang menjadi penjaga rumah tetangga Nasution, Karel Satsuit Tubun. Korban tewas terakhir adalah Albert Naiborhu, keponakan dari Pandjaitan, yang tewas saat menyerang rumah jendral tersebut. Mayat dan jenderal yang masih hidup kemudian dibawa ke Lubang Buaya, dan semua dibunuh serta mayatnya dibuang di sumur dekat markas tersebut.
Ketika matahari mulai terbit, sekitar 2.000 pasukan diturunkan untuk menduduki tempat yang sekarang dikenal sebagai Lapangan Merdeka, sebuah taman yang ada di Monas. Meski begitu, mereka tidak berhasil menundukkan bagian timur dari area ini, karena pada saat itu merupakan daerah markas KOSTRAD yang dipimpin oleh Soeharto. Pada jam 7 pagi, RRI menyiarkan pesan yang berasal dari Untung Syamsuri, komandan Cakrabiwa, regimen penjaga Presiden, bahwa gerakan 30 September telah berhasil mengambil alih beberapa lokasi strategis di Jakarta dengan bantuan anggota militer lainnya. Mereka berkeras bahwa gerakan ini didukung oleh Central Intelligence of America (CIA) yang bertujuan untuk menurunkan Soekarno dari posisinya.
Yang menuliskan tinta kegagalan dalam sejarah peristiwa G30S/PKI kemungkinan besar adalah karena mereka melewatkan Soeharto yang mereka kira diam dan bukan tokoh politik pada masa itu. Soeharto diberitahu oleh tetangganya tentang hilangnya para jendral dan penembakan yang terjadi pada pukul 5:30 pagi, dan karena ini ia segera bergerak ke markas KOSTRAD dan berusaha menghubungi anggota angkatan laut dan polisi, namun tidak berhasil melakukan kontak dengan angkatan udara.
Ia kemudian mengambil alih komando angkatan darat. Kudeta ini juga gagal karena perencanaan yang amat tidak matang dan menyebabkan para tentara yang ada di Lapangan Merdeka menjadi kehausan dibawah impresi bahwa mereka melindungi presiden di Istana. Soeharto juga berhasil membujuk kedua batalion pasukan kudeta untuk menyerah dimulai dari pasukan Brawijaya yang masuk ke area markas KOSTRAD dan kemudian pasukan Diponegoro yang kabur kembali ke Halim.
G30S/PKI baru berakhir ketika pada pukul 7 malam, pasukan yang dipimpin oleh Soeharto berhasil mengambil kembali kontrol atas semua fasilitas yang sebelumnya direbut oleh Gerakan 30 September. Ketika sudah berkumpul bersama Nasution, pada pukul 9 malam Soeharto mengumumkan bahwa ia sekarang mengambil alih tentara dan akan berusaha menghancurkan pasukan kontra-revolusioner dan menyelamatkan Soekarno.
Ia kemudian melayangkan ultimatum lagi yang kali ini ditujukan kepada pasukan yang berada di Halim. Tidak berapa lama, Soekarno meninggalkan Halim dan tiba di istana presiden lainnya yang berada di Bogor. Untuk jasad ke-7 orang yang terbunuh dan dibuang di Lubang Buaya sendiri baru ditemukan pada tanggal 3 Oktober, dan dikuburkan secara layak pada tanggal 5 Oktober.

Jumat, 11 Desember 2015

Profil dan Biografi Singkat Bung Hatta

Assalamu'alaikun Wr. Wb.
Halo semua kali ini saya akan menjelaskan profil dan
biografi singkat Wapres pertama RI yaitu Bung Hatta. Bung
Hatta ini sekampung dengan saya yaitu Bukittinggi, Sumbar. 
Berikut adalah biografinya : 

Biografi Mohammad Hatta - Pahlawan Nasional

Profil Mohammad Hatta 

Lahir: Bukittinggi, 12 Agustus 1902
Meninggal: Jakarta, 14 Maret 1980
Dimakamkan: TPU Tanah Kusir, Jakarta
Pasangan: Rahmi Rachim
Anak-anak:
  • Meutia Hatta
  • Gemala Hatta
  • Halides Nuriah Hatta
Pendidikan:
  • Sekolah Dasar Melayu Fort de kock, Minangkabau
  • Europeesche Lagere School (ELS), Padang
  • Meer Uirgebreid Lagere School (MULO), Padang 
  • Sekolah Tinggi Dagang Prins Hendrik School, Batavia 
  • Nederland Handelshogeschool, Rotterdam, Belanda 
Orang tua: Muhammad Djamil (Ayah) & Siti Saleha (Ibu)
Penghargaan:
  • Pahlawan Nasional
  • Proklamator Indonesia
  • Bapak koperasi Indonesia
  • Doctor Honoris Causa, Universitas Gadjah Mada, 1965
  • The Founding Father's of Indonesia

Biografi Mohammad Hatta

Dr. Mohammad Hatta bernama asli Muhammad Athar. Beliau salah seorang tokoh proklamator Indonesia sekaligus Wakil Presiden Pertama RI. Peran yang besar di bidang ekonomi, khususnya koperasi membuat beliau mendapat julukan Bapak Koperasi Indonesia. Mohammad Hatta menyelesaikan pendidikan di Handels Hogere School (sekolah tinggi ekonomi) di Rotterdam, Belanda, pada tahun 1932. Di Belanda, beliau menjadi Ketua Perhimpunan Indonesia (PI), organisasi pelajar Indonesia di Belanda yang berjuang mencapai kemerdekaan. Ketika berada di kongres internasional, beliau memperkenalkan perjuangan Indonesia melawan Belanda. Kegiatan ini membuat beliau ditangkap Belanda pada September 1927 karena dianggap memprovokasi rakyat untuk memberontak.

Pada tahun 1932, Hatta kembali ke Indonesia dan membangun PNI-Baru bersama Sutan Syahrir. Namun, akibat kegiatan politiknya tersebut, tiga tahun kemudian beliau dibuang ke Digul, Banda Naira, dan Sukabumi. Pada masa pendudukan Jepang, beliau dibebaskan dan ikut memimpin Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dan PPKI. Selama Perang Kemerdekaan, beliau pernah menjadi perdana menteri merangkap menteri pertahanan. Pada tanggal 18 Agustus 1945, beliau dilantik menjadi Wakil Presiden RI hingga mengundurkan diri tanggal 1 Desember 1956.

Mohammad Hatta yang lebih dikenal dengan sebutan Bung Hatta adalah penggagas politik luar negeri bebas dan aktif  yang tidak berpihak kepada salah satu blok yang ada di dunia saat itu, yaitu Blok Barat dan Blok Timur. Beliau juga seorang yang sangat sederhana dan jujur. Beliau meninggal tanggal 14 Maret 1980 dan sesuai permintaannya dimakamkan di TPU (Taman Pemakaman Umum) tanah Kusir, Jakarta, agar dapat selalu dekat dengan rakyat.