-

Minggu, 04 Juli 2021

Tugas Tantangan Masa Depan Dikpus KAT ITB 2021

Nama           : Thoriq Waldri

NIM              : 16720263

Jurusan        : Teknik Fisika Angkatan 2020

Kelompok     : 21

Topik            : Mulai Hilangnya Permainan Tradisional di Masyarakat


Di zaman sekarang ini, dunia sudah semakin modern dan teknologi berkembang dengan pesat. Kita bisa lihat sekarang ini, dimana-mana orang sudah menggunakan gadget. Tak terkecuali di daerah aku tinggal, semua kalangan sudah memakai gadget, mulai dari anak-anak sampai orang tua. Aku sudah melakukan observasi dan menemukan satu permasalahan terkait pengaruh teknologi terhadap kebudayaan di daerahku, yaitu mulai hilangnya permainan tradisional.

Dulu waktu aku masih SD, aku sering sekali bermain permainan tradisional dengan teman-temanku. Ada yang namanya petak umpet, gundu (kelereng), pakpung, istatak, dan berbagai macam permainan lainnya. Tapi, secara tidak langsung aku dapat merasakan transisi yang perlahan-lahan dari aku SD sampai sekarang  dimana semakin jarang anak-anak yang memainkan permainan tradisional dan lebih memilih bermain video games di gadget. Tidak bisa dipungkiri, ini merupakan salah satu dampak negtif dari perkembangan teknologi terhadap budaya. Bahkan, ketika anak balita menangis orang tuanya justru memberikannya gadget agar anak tersebut tenang. Tentunya, menurutku ini adalah hal yang sangat fatal bagi anak-anak di masa yang akan datang.

Menurutku isu ini penting sekali untuk diperhatikan dan segera dicari solusinya, karena ini akan mengakibatkan hilangnya budaya permainan tradisional secara perlahan-lahan di tiap daerah di Indonesia. Selain itu, nilai sosial seperti kerja sama dan kebersamaan yang terdapat pada permainan tradisional menajadi hilang dan digantikan dengan sikap individualis dan malas pada anak-anak. Mereka menjadi lebih fokus dan asyik pada dunia mereka sendiri, ketimbang untuk bersosialisasi dengan orang-orang di sekitarnya. Dengan demikian, ini dapat disebut tantangan masa depan, karena hal ini akan membentuk mental dan sikap yang buruk bagi generasi muda Indonesia di masa yang akan datang, sehingga, tidak akan ada lagi generasi muda yang peduli dengan negeri ini.

Untuk itu, aku sebagai mahasiswa memiliki peran penting dalam membantu mencari solusi untuk permasalahan ini. Aku uga bakal berfokus pada daerah tempat aku tinggal dulu. Berikut adalah usaha-usaha yang aku lakukan.

1.  Aku akan berfokus kepada orang tua-orang tua yang mempunyai anak balita yang tinggal di sekitar lingkunganku dan terutama keluargaku sendiri. Disini, aku bakal mensosialisasikan kepada orang tua-orang tua terkait dampak buruk dari memperkenalkan gadget kepada anak saat usia dini, sehingga orang tua-orang tua tidak lagi menggunakan gadget sebagai senjata ampuh untuk menenangkan anak ketika menangis.

2.  Aku juga bakal berkoordinasi dengan ketua RT setempat untuk mengadakan sosialisasi terbuka ahli dkepada masyarakat setempat dengan mengundang pembicara yang ahli terkait dampak negatif dari memperkenalkan gadget kepada anak di usia dini.

3. Terakhir, aku mungkin mencoba bekerja sama dengan remaja-remaja setempat untuk membuat komunitas permainan tradisional. Ini bertujuan untuk menarik perhatian anak-anak, memperkenalkan, sekaligus mengajak mereka untuk bermain permainan tradisional.

Mungkin sekian penjelasan aku terkait tantangan masa depan. Ini adalah tugas Dikpus aku yang terakhir. Dengan ini, aku berharap aku dapat mengambil manfaat dari kegiatan dikpus ini secara maksimal dan bisa mengimplementasikannya di kehidupan aku sehari-hari.

#TantanganMasDep

#KATITB2021

Jumat, 02 Juli 2021

Tugas Mengenal Kebudayaan Dikpus KAT ITB 2021

Nama           : Thoriq Waldri

NIM              : 16720263

Jurusan        : Teknik Fisika Angkatan 2020

Kelompok     : 21

Budaya merupakan suatu hal yang paling berharga dalam sebuah masyarakat. Apalagi Indonesia sendiri memiliki beragam suku dan bangsa, sehingga budaya di setiap daerah juga memiliki perbedaan dan keunikan masing-masing. Di daerah aku sendiri, tepatnya di Provinsi Riau terdapat budaya-budaya yang bervariasi dan unik. Salah satunya yaitu upacara “Tepuk Tepung Tawar”.

Upacara Tepuk Tepung Tawar adalah sebuah tradisi yang diturunkan oleh raja-raja terdahulu. Sebenarnya, tradisi ini diadopsi dari ritual agama Hindu yang sudah lebih dahulu dianut masyarakat Indonesia. Ketika para pedagang dari Gujarat dan Hadralmaut membawa ajaran Islam ke kawasan Riau sekitar abad ke-7 masehi, akibatnya tradisi inipun membaur dengan ajaran Islam, sehingga yang awalnya upacara ini ditujukan sebagai bentuk pemujaan dewa-dewa diubah menjadi bernuansa islami.

Upacara ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur seorang hamba kepada Tuhannya atas terkabulnya keinginan hamba tersebut. Selain itu, secara simbolis upacara ini bermakna sebagai bentuk permohonan keselamatan atau penolak dari segala macam penyakit dan bala. Biasanya ini dilakukan pada saat pengangkatan jabatan, menempati rumah baru, mengendarai kendaraan baru, khitanan, serta terkhususnya saat acara pernikahan. Berdasarkan makna upacara Tepuk Tepung Tawar bagi masyarakat Melayu ada pepatah mengungkapkan “Kalau buat keje nikah kawin, kalau belum melaksanakan acara tepuk tepung tawar (dalam bahasa melayu: ketik tepung tawo) belum sah (afdhal) acara yang dilaksanakan”.

Sebelum prosesinya dimulai, diperlukan bahan-bahan yang masing-masing memiliki makna simbolis, seperti beras kunyit (kemuliaan), beras basuh (kesucian), bedak lengir (kesabaran), beretih (kecermatan), dan air wangi (keharuman nama). Kemudian prosesi dimulai dengan mengambil sejemput beras kunyit, beras putih dan beretih lalu ditaburkan melewati atas kepala, kebahu kanan dan kiri orang yang ditepuk tepung tawarkan. Setelah itu, percikan air ke dahi, bahu kanan dan kiri, lalu di belakang telapak tangan kanan dan kiri. Di dalam prosesi diisi dengan pembacaan doa-doa di dalam Islam. 


1.    Tatanan

Untuk tatanannya, dapat dilihat dari sistematika pelaksanaan upacara tersebut. Upacara ini dilakukan dengan prosesi yang sangat sakral dan dilakukan pada acara-acara tertentu, terkhususus pada saat acara pernikahan. Bahan-bahan yang diperlukan dalam upacara ini, memiliki makna-makna penting dalam kehidupan. Prosesi penepukan harus dilakukan oleh tokoh agama masyarakat setempat, karena di dalam prosesinya terdapat pembacaan doa-doa.

2.    Tuntunan

Untuk tuntunannya, dapat dilihat dari nilai dan tujuan dari upacara ini dilaksanankan. Tujuannya yaitu sebagai bentuk rasa syukur kepada tuhan atas hajat yang terkabulkan dan sebagai bentuk permohonan keselamatan.

3.    Tontonan

Untuk tontonannya, kita bisa lihat langsung bagaimana upacaranya berlangsung. Terutama bagi orang-orang di luar Riau mungkin akan tertarik ingin melihat upacara ini, karena cukup unik.

 

Referensi :

https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/tepung-tawar-riau-tradisi-wujud-rasa-syukur-masyarakat-melayu/


https://kumparan.com/kepripedia/tradisi-tepuk-tepung-tawar-di-kepri-simbol-permohonan-keselamatan-1sz3VpRwHEV


#Mengbudaya

#KATITB2021